Siapa sangka Alfira Oktaviani, seorang perempuan yang berlatar belakang sarjana apoteker justru memilih menjadi mompreneur dengan membangun usaha eco fashion karena bekal mata kuliah manajemen bisnis, morfologi tumbuhan dan teknik kimia.
Ilmu yang didapat, berkolaborasi dengan kreativitas dan komitmen untuk peduli terhadap lingkungan. Mencetuskan ide usaha ecoprint bernama Semilir.
Ecoprint adalah teknik mentransfer bentuk dan warna daun asli ke media kain melalui kontak langsung atau disebut juga dengan pewarnaan alam (pewarnaan dengan memanfaatkan unsur-unsur dari alam).
Alfira Oktaviani berhasil memperkenalkan tehnik ini sebagai budaya fashion yang berkelanjutan dan ramah lingkungan di Indonesia.
Sejak Januari 2018, Semilir ecoprint mulai menciptakan produk-produk yang unik dengan perpaduan kekayaan flora Indonesia dan warisan budaya dalam industrial fashion. Nama Semilir berasal dari bahasa Jawa 'silir' yang berarti angin yang menyejukkan. Filosofi ini dituangkan dalam proses pembuatan produknya yang memperhatikan kelestarian lingkungan dan memberdayakan masyarakat.
Daun jadi alat cetak fashion
Ecoprint ini memanfaatkan dedaunan sebagai motif khas, Semilir berhasil menciptakan produk fashion yang memadukan warisan budaya Indonesia dalam setiap desainnya.
Dimulai dengan membuat tas bercorak dedaunan asli, Semilir semakin mendapatkan banyak permintaan pasar untuk memproduksi kain ecoprint, baju hingga homedecor bertema ecoprint.
Semilir terasa sangat original serta punya nilai eksklusifitas bagi penggunanya sehingga jauh dari kata pasaran. Ini yang membuat peminat fashion ecoprint selalu ada dan setia.
Mengusung Lantung Bengkulu dengan keindahan ecoprint
sumber : indonesiana.id |
Lantung Bengkulu merupakan jenis kain yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementerian Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI pada tahun 2015 lalu. Namun belum banyak orang tahu soal keindahan kain ini.
Kain ini juga kerap menjadi oleh-oleh khas wilayah tersebut. Dan sebagai perempuan berdarah Bengkulu, Alfira Bertekat ingin mempromosikan kain ini lebih luas lagi melalui Semilir Ecoprint.
Ide menggunakan kain lantung muncul ketika ia ingin berinovasi untuk produk Semilir Ecoprint. Yang awalnya hanya menggunakan kain biasa, lalu kemudian Ayahnya yang berdarah Bengkulu menantangnya untuk menggunakan kain khas Bengkulu ini.
Tahun 2022, Semilir membina para pemuda Karang Taruna di Desa Banaran, Kabupaten Gunung Kidul. Bekerjasama dengan Hutan Pendidikan Wanagama Universitas Gadjah Mada (UGM), sekitar 5 orang ibu-ibu pengrajin Semilir mengajarkan para pemuda di desa lokasi hutan tersebut untuk membuat ecoprint yang kemudian menjadi tempat produksi oleh-oleh khas Fakultas Kehutanan UGM.
Memberdayakan warga sekitar menjadi pengrajin ecoprint
sumber: Indonesiana.id |
Alfira tidak sendiri, ia membagikan ilmunya dengan melatih para pemuda dan juga Ibu-ibu desa Banaran untuk menekuni kerajinan Semilir ecoprint ini. Beberapa produk yang dibuat adalah seminar kit dan corporate souvenir seperti tas laptop, cover buku dan ID card.
Produk semilir ini biasa menggunakan kain dari bahan katun, sutra, linen atau kain-kain berbasis alam karena selain mengusung sustainability (berkelanjutan), jenis kain tersebut lebih mudah menyerap pewarnaan alam.
Karya & Ceritanya
sumber: instagram @semilir_ecoprint |
Semilir tidak hanya menghasilkan produk fashion yang unik dan ramah lingkungan, tapi juga karya ini sekaligus bisa mempromosikan kebudayaan Indonesia lewat produk-produknya..
"Karena di Jogja nuansa budaya sangat kental, sehingga para pembeli, khususnya para wisatawan, juga tertarik dengan cerita di balik produk kami," tutur Alfira.
kita bisa lihat hasil karya Semilir Ecoprint di instagram @semilir.ecoprint dan proses Pembuatan Ecoprint bisa dilihat di youtube channelnya dibawah ini:
Budi daya Lantung masih dengan cara penebangan
upaya memperkenalkan kain lantung sebagai warisan budaya Indonesia melalui produk ecoprint tidak sejalan dengan cara pengrajin di desa tersebut yang masih melakukan cara penebangan liar untuk mendapatkan kain Lantung. Penebangan memang tidak dilakukan secara besar-besaran, karena kulit lantung sendiri belum begitu populer.
Alfira kemudian bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Bengkulu untuk memberikan sosialisasi mengenai keberlanjutan dan pelestarian alam.
Melalui audiensi dengan berbagai pihak, akhirnya Semilir dapat bekerja sama dengan DLHK Bengkulu untuk menyediakan lahan dan memasok bibit pohon terap secara gratis untuk para pengrajin di Desa Papahan.
Bangun kembali setelah Pandemi
Sebelum pandemi, Semilir Ecoprint dapat memperoleh omzet sebesar Rp 50 juta hingga Rp 100 juta per bulan. Dari modal awal yang hanya Rp. 500.000
Semilir juga kerap kali mengikuti pameran usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan fashion show namun terhenti selama pandemi. Kini mereka mulai merangkak naik lagi sejak pandemi berakhir.
"Harapan saya dari masyarakat lebih banyak mengenal tentang kulit kayu lantung sebagai warisan budaya tak benda yang bisa dijadikan produk kerajinan dan memiliki value yang tinggi juga. Mudah-mudahan bisa juga sampai UNESCO," ujar Alfira.
Penutup
Takjub dengan adanya bisnis fashion yang eco friendly, bisa berjalan dengan tanpa merusak lingkungan dan mampu memberdayakan masyarakat sekitar.
Nggak heran kalau ia terpilih menjadi penerima Apresiasi SATU Indonesia Awards 2022. Semoga kedepannya semakin banyak eco bisnis yang bisa bermanfaat untuk lingkungan dan keberlangsungan generasi yang akan datang.
Kenali budayamu, kenali jati dirimu
Sumber
https://rejogja.republika.co.id/berita/rnalq7291/semilir-promosikan-keberlanjutan-warisan-budaya-kain-lantung-dari-pelosok-hutan
https://www.indonesiana.id/read/164498/inovasi-eco-fashion-bawa-alfira-oktaviani-jadi-pemenang-kewirausahaan-sia-2022-kamu-juga-bisa