Saat ini semakin banyak informasi yang berkeliaran di media sosial. Portal resmi maupun akun pribadi semua seolah berlomba-lomba untuk menyajikan berbagai informasi versi mereka. Yang sedihnya, kadang banyak berita menyebar dengan mudahnya, tanpa ada keterangan dan bukti yang jelas perihal kebenarannya.
Kenapa sih bisa demikian?
Kemajuan dunia digital saat ini begitu pesat. Semua orang mampu mengakses informasi hanya dalam satu genggaman dan mengandalkan internet sebagai sumber informasinya. Namun hal ini tidak diimbangi dengan literasi, pendidikan dan sikap kritis yang cukup untuk seseorang menerima informasi, sehingga banyak orang yang terpapar informasi beragam namun belum tentu kebenarannya/ hoaks.
Pengunaan media sosial yang begitu masif di masa pandemi Covid-19 menimbulkan informasi yang salah terkadang dapat menyebar lebih cepat dibandingkan faktanya. Fenomena tersebut dinamakan infodemik. Untuk melawan infodemik, platform digital harus dibuat lebih akuntabel, mis/disinformasi dilacak dan diverifikasi, serta kemampuan literasi digital masyarakat perlu ditingkatkan.
Beruntung sekali pada tanggal 18-19 Juni kemarin aku dan beberapa blogger lainnya diberi kesempatan untuk belajar Cek Fakta Kesehatan yang diadakan oleh Tempo dan didukung oleh Komunitas ISB melalui Zoom Online.
Dalam webinar di hari pertama, kami belajar mengenai Mis/ disinformasi yang bisa ditimbulkan dari penyebaran kabar bohong/hoaks. Dan hari kedua fokus kepada Cek Fakta Kesehatan.
Penerima pesan informasi tidak semua mengerti dan paham akan apa yang mereka terima. Ini memunculkan Misinformasi dan Disinformasi dalam penyebaran informasi yang berputar di media sosial.
Misinformasi dan Disinformasi
Misinformasi terjadi jika informasi disebarkan oleh mereka yang tidak mengetahui bahwa apa yang disebarkan itu adalah berita bohong/ hoaks. Sehingga berita tersebut bisa bias pemaknaannya tergantung si penerima informasi lainnya.
Sedangkan Disinformasi bisa terjadi jika informasi disebarkan oleh orang yang sengaja menyebarkan berita yang tidak benar, ia sudah mengetahui bahwa berita yang disampaikan bohong namun tetap penyebarkan. Tujuannya tentu saja adalah agar terjadi kegaduhan dan menjatuhkan pihak tertentu.
Menurut standar First Draft, sebuah organisasi riset yang berfokus untuk media di Amerika Serikat. "Ada tujuh macam Mis/Disinformasi meliputi satire, konten menyesatkan, konten aspal, konten pabrikasi, konten gak nyambung, konteks salah, dan konten manipulatif."
Banyak hal yang menjadikan alasan seseorang menebarkan hoaks seperti membuktikan jurnalisme yang lemah, untuk lucu-lucuan, sengaja membuat provokasi, partisanship, mencari uang lewat judul clickbait, gerakan politik dan propaganda.
Dampak Hoaks
Penyebaran hoaks dapat menimbulkan dampak polarisasi seperti yang terjadi pasca Pilpres 2014/2019, kebencian berbasis SARA, dampak bagi penanganan bencana, dan penanganan pandemi Covid-19.
Disini terlihat bahwa gambar, video atau berita yang tidak benar yang kemudian menyebar luas, akan menumbulkan gejolak tertentu dan memicu suatu tindakan dari si penerima informasi tersebut. Yang membahayakan adalah tindakan tersebut akan memperburuk keadaan dan tentunya merugikan bagi masyarakat luas. Contoh yang sedang kita rasakan bersama seperti penanganan pandemi Covid 19 saat ini.
Contoh Kasus
Terdapat sebuah video yang memberikan pernyataan bahwa, "Anak-anak Kebal terhadap Virus Corona dan yang Meninggal Tak Ada Kaitannya dengan Covid-19"
Berita tersebut bisa saja menggiring opini publik bahwa anak-anak tidak akan tertular/ kebal covid 19, menolak vaksin Covid 19 atau mereka bisa berpikir kalau yang melakukan vaksin berarti dianggap kelinci percobaan. bayangkan kepanikan yang ditimbulkan dari berita tersebut.
Kemudian Cek Fakta Tempo menelusuri berita tersebut dan ini terbukti Hoaks.
FAKTANYA (sumber Cek Fakta Tempo)
Selama ini, vaksinasi telah terbukti mencegah banyak kematian pada anak-anak akibat berbagai penyakit.
Vaksinasi sangat aman dan efektif. Vaksin hanya diberikan kepada anak-anak setelah melalui tinjauan yang panjang dan cermat oleh ilmuwan, dokter, dan profesional kesehatan. Vaksin akan menimbulkan ketidaknyamanan dan dapat menyebabkan rasa sakit, kemerahan, atau nyeri di tempat suntikan.
Tapi ini minimal dibandingkan dengan rasa sakit, ketidaknyamanan, dan trauma akibat penyakit yang dicegah oleh vaksin. Efek samping yang serius usai vaksinasi, seperti reaksi alergi yang parah, sangat jarang terjadi.
KESIMPULAN (sumber Cek Fakta Tempo)
Berdasarkan pemeriksaan fakta Tempo, klaim bahwa anak-anak kebal terhadap virus Corona dan yang meninggal tidak ada kaitannya dengan Covid-19, keliru. Di AS, jumlah anak yang positif Covid-19 mencapai 71.649 orang per 29 April 2021. Sementara di di Indonesia, jumlah anak yang terinfeksi Covid-19 hingga 20 Desember 2020 mencapai 74.249 orang. Terkait anak-anak yang meninggal akibat Covid-19, di Brasil, terdapat 1.300 bayi yang meninggal karena penyakit tersebut.
Pentingnya Cek Fakta Kesehatan
Karena berita yang sudah masuk ke dunia digital akan sulit dibendung, kita harus mulai kritis terhadap informasi yang diterima. tidak semua informasi yang datang itu pasti benar.
Sehingga jelas kan mengapa kita harus benar-benar cek fakta untuk memberantas hoaks? Karena Mis/Disinformasi khususnya pada dunia kesehatan sangatlah berbahaya. Dampak buruk yang bisa ditimbulkan dari mis/disinformasi kesehatan antara lain:
- Menyebabkan kebingungan dan kepanikan di masyarakat
- Ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah, otoritas kesehatan dan ilmu pengatahuan (sains)
- Demotivasi untuk mengikuti perilaku protektif yang direkomendasikan
- Sikap apatis yang memiliki konsekuensi besar karena berkaitan dengan kualitas hidup masyarakat, seperti membahayakan kesehatan, bahkan sampai menimbulkan risiko kematian.
Dalam webinar TempoxISB tersebut, kami belajar cara cek Fakta dari berita yang ada dalam bentuk foto maupun video. dengan mengetahui keaslian informasi, kita bisa menghentikan hoaks tersebut agar tidak semakin menyebar.
Berita yang muncul dapat berupa gambar atau video. Ini tips untuk kamu agar bisa mengecek keaslian foto:
- Lihat pencahayaan foto atau video tersebut apakah merata atau terlihat suntingan
- Lihat detail keterangan yang disajikan dalam foto maupun video
- Jika ada narasi, cek apakah foto dan narasi memiliki keterkaitan
Berikut ini adalah cara mudah yang bisa kita lakukan untuk mengidentifikasi foto dan video dari suatu berita. Dengan cara ini kita bisa mengetahui keaslian dan kapan foto/video tersebut untuk pertamakalinya disebar ke internet. sehingga kita bisa lebih mudah mengetahui kebenaran dari berita tersebut.
Penyebar hoaks biasanya dibuat oleh akun abal-abal dan tidak terpercaya. Berikut cara mudah agar kamu bisa tahu apakah situs tersebut terpercaya atau hanya abal-abal.
Namun saat ini sangat terbantukan dengan banyak sekali media mainstreem yang memiliki platform khusus untuk menginvestigasi berita yang dianggap viral dan mengarah ke berita bohong. Salah satunya ada #CekFaktaTempo . Jika dirasa rumit untuk melakukan 9 langkah diatas, kita cukup buka website mainstreem dan terpercaya saja untuk mengetahui kebenaran berita tersebut.
Penyebar hoaks biasanya dibuat oleh akun abal-abal dan tidak terpercaya. Berikut cara mudah agar kamu bisa tahu apakah situs tersebut terpercaya atau hanya abal-abal.
Jangan mudah mempercayai informasi yang diterima. Ingat bahwa hoaks mudah sekali diproduksi, foto dan video dapat dengan mudah disunting, Narasi bisa dengan mudah di manipulasi, Gambar dan narasinyapun bisa dengan mudah diputarbalikkan faktanya. Untuk itu kita harus mulai kristis nih. Biasakan #Cekfakta dulu sebelum kamu percaya ataupun sebar informasi yang kamu terima.
Yuk sama sama kita bisa lebih bijak dalam menerima, menyerap dan menyebarkan informasi yang kita dapat.